BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Abortus adalah berakhirnya kehamilan
sebelum janin dapat hidup di dunia,tampa mempersoalkan penyebabnya,dimana
kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan
antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus spontan”.
Di seluruh duniah pelaksanaan gugur
kandungan masih banyak di kerjakan oleh dukun (75 %-80%)sehingga komlikasinya
sangat membahayakan jiwa sampai kematian yang di sebabkan oleh pendarahan dan
infeksi.pelaksanaan gugur kandungan oleh dukun tampa jaminan sterilitas dan
pengetahuan anatomi alat kelamin wanita sehingga dapat menimbulkan
bahaya,kematian karna gugur kandungan oleh dukun di perkirakan terjadi antara
200.000-350.000 setiap tahunnya di seluruh dunia.
B.
Rumusan Masalah
a.
Apa yang dimaksud dengan kehamilan?
b.
Apa yang dimaksud dengan abortus?
c.
Bagaimana klasifikasi abortus?
d.
Bagaimana manifestasi klinik abortus?
e.
Bagaimana etiologi abortus?
f.
Bagaimana patofisiologi abortus?
g.
Bagaimana prognosis abortus?
h.
Bagaimana Pemeriksaan pennunjang abortus?
i.
Bagaimana Penanganan medis abortus?
j.
Bagaimana penatalaksanaan abortus?
k.
Bagaimana konsep asuhan keperawatan abortus?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah
a. untuk mengetahui konsep
kehamilan
b. untuk mengetahui konsep abortus
c. untuk mengetahui klasifikasi
abortus
d. untuk mengetahui manifestasi
klinik
e. untuk mengetahui patofisiologi
abortus
f. untuk mengetahui prognosis abortus
g. untuk mengetahui pemeriksaan
penunjang
abortus
h. untuk mengetahui penanganan
medis
i.
untuk mengetahui penatalaksanaan abortus
j.
untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan abortus
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Landasan Teori
1.
Konsep Kehamilan
a. Definisi
Kehamilan adalah suatu proses yang dimulai dari konsepi sampai dari mulai nya persalinan atau lahirnya janin. Lamanya kehamilan yaitu 280 hari atau 40 minggu. Dihitung dari hari pertama haid terakhir.
(Mochtar, 1998)
Kehamilan normal meruakan kehamilan yang tidak mengalami gejala-gejala atau kelainan maupun komplikasi dari usia kehamilan 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir / HPHT. (Saifudin, 2002)
Kehamilan adalah suatu proses yang dimulai dari konsepi sampai dari mulai nya persalinan atau lahirnya janin. Lamanya kehamilan yaitu 280 hari atau 40 minggu. Dihitung dari hari pertama haid terakhir.
(Mochtar, 1998)
Kehamilan normal meruakan kehamilan yang tidak mengalami gejala-gejala atau kelainan maupun komplikasi dari usia kehamilan 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir / HPHT. (Saifudin, 2002)
b. Proses
Terjadinya Kehamilan
Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dan
persenyawaan antara sel telur atau ovum dan sel mani atau spermatozoa. Dalm air
main terdapat spermatozoa sebanyak 100-12 juta tiap cc, kerena memiliki ekor
yang dapat bergerak, maka dalam satu jam saja spermatozoa dapat melalui kanalis
servikalis dalam kavum uteri kemudian berada dalam tuba falopii. Apabila pada
saat bersamaan terjadi ovulasi maka vertilisasi mungkin dapat terjadi. Apabila fertilisasi
terjadi maka sel telur akan disebut zygote dan zygote inilah yang akan
berkembang menjadi janin atau fetus. (Sastrawinata, 1983)
c. Usia Kehamilan
Tuanya usia dalam kehamilan disebut dalam satuan minggu dan terbagi dalam tiga trimester, yaitu :
a. Trimester I antara 0 – 12 minggu
b. Trimester II antara 12 – 28 minggu
c. Trimester III antara 28 – 40 minggu (Mochtar, 1998)
Tuanya usia dalam kehamilan disebut dalam satuan minggu dan terbagi dalam tiga trimester, yaitu :
a. Trimester I antara 0 – 12 minggu
b. Trimester II antara 12 – 28 minggu
c. Trimester III antara 28 – 40 minggu (Mochtar, 1998)
d. Gejala dan Tanda Kehamilan
a. Tanda dan gejala perkiraan kehamilan
Tanda dan gejala meliputi :
1) Amenorea ( tidak dapat haid )
2) Mual dan muntah (nausea dan vomiting)
3) Mengidam
4) Payudara / mamae terasa membesar dan tegang
5) Anoreksia ( tidak adanya nafsu makan )
6) Sering berkemih
7) Obstipasi ( susah buang air besar )
8) Pigmentasi pada kulit terdapat pada:
9) Epulis
10) Varises
b. Tanda-tanda kemungkinan hamil
Tanda-tandanya antara lain:
a. Tanda dan gejala perkiraan kehamilan
Tanda dan gejala meliputi :
1) Amenorea ( tidak dapat haid )
2) Mual dan muntah (nausea dan vomiting)
3) Mengidam
4) Payudara / mamae terasa membesar dan tegang
5) Anoreksia ( tidak adanya nafsu makan )
6) Sering berkemih
7) Obstipasi ( susah buang air besar )
8) Pigmentasi pada kulit terdapat pada:
9) Epulis
10) Varises
b. Tanda-tanda kemungkinan hamil
Tanda-tandanya antara lain:
1.
perut membesar
sesuai dengan tuannya kehamilan,perubahan terjadi dalam bentuk besar dan
konsistensi perut juga mengalami perubahan.
2.
Tanda hegar (
segmen bawah rahim melunak ), terjadi pada daerah istmus uteri, bagian ini
menjadi sangat lunak sehingga bila dilakukan pemeriksaan dalam pada fornix
posterior seperti saling bersentuhan.
3.
Tanda Chadwicks
merupakan warna kebiruan pada vagina yang terjadi karena pelebaran pembuluh
darah.
4.
Tanda Piskacek (
uterus besar dan lunak ), merupakan pembesaran fundus uteri yang tidak rata
karena daerah implantasi janin akan tumbuh lebih cepat.
5.
Kontraksi Braxton-hicks, keadaan dimana corpus
uteri menjadi lebih keras.
6.
Teraba ballotemen.
7.
Pemeriksaan tes
kehamilan positif.
e. Perubahan
Fisiologis Yang Terjadi Pada Saat Kehamilan
Ketika hamil akan banyak perubahan fisik pada tubuh
wanita, perubahan tersebut terjadi karena respon tubuh terhadap kehamilan
dimana organ-organ tubuh menyesuaikan kapasitas dengan bertambahnya tugas dan
fungsi serta sebagai pemberitahuan bahwa perubahan tersebut terjadi sebagai
tanda adanya sebuah proses.
Perubahan tersebut meliputi :
a.
Perubahan uterus
Uterus akan mengalami pembesaran pada
bulan-bulan pertama kehamilan yang dipengaruhi oleh peningkatan hormon estrogen
dan progesteron. Uterus pada wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur
ayam atau kurang lebih 30 gram karena peningkatan hormon tersebut pada akhir
kehamilan menjadi 1000 gram. Bentuk uterus pada bulan-bulan pertama kehamilan
seperti buah alpukat, agak gepeng. Pada bulan keempat akan berbentuk bulat.
Selanjutnya pada akhir kehamilan akan kembali seperti semula, lonjong seperti
telur. (Wiknjosastro, 2005)
b.
Serviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami
perubahan karena peningkatan hormon estrogen. Serviks lebih banyak mengandung
jaringan ikat dan banyak mengandung kolagen, jaringan otot hanya 10 %. Akibat
kadar estrogen meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi
serviks uteri menjadi lebih lunak. (Winkjosastro, 2005)
c.
Vagina dan vulva
Pada vagina dan vulva mengalami perubahan
akibat hormon estrogen . Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva
tampak lebih merah, agak kebiruan ( livide ), tanda ini disebut juga tanda
Chadwick. Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia interna akan membesar karena
oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut meningkat.
(Winkjosastro, 2005)
d.
Payudara ( mamae)
Payudara akan membesar dan
tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi
belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertropi sistem saluran,
sedangkan progesteron menembah sel-sel asinus pada payudara. Disamping itu,
dibawah pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak di sekitar
alveolus, sehingga payudara menjadi lebih besar. (Winkjosastro, 2005)
e.
Sirkulasi darah ibu
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan
dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan
pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula. Volume darah ibu dalam kehamilan
bertambah secara fisiologi dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia.
Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25% dengan puncak kehamilan 32
minggu. (Winkjosastro, 2005)
f.
Sistem respirasi ( pernafasan)
Pada wanita hamil sering ditemukan keluhan
rasa sesak dan nafas pendek yang ditemukan pada kehamilan 32 minggu keatas, hal
ini disebabkan karena usus-usus yang tertekan oleh uterus yang membesar kearah
diafragma, sehingga diafragma tertekan dan kurang leluasa bergerak. Kebutuhan
akan oksigen pada wanita hamil meningkat ± 20 % sehingga wanita hamil bernafas
lebih dalam. (Winkjosastro, 2005)
g.
Traktus digestivus ( pencernaan )
Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat
rasa enek (nausea). Mungkin ini akibat pada hormon estrogen yang meningkat.
Tonus otot-otot digestivus menurun, sehingga motilitas seluruh traktus
digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada dilambung dan apa yang
telah dicerna lebih lama berada diusus. (Winkjosastro, 2005)
h.
Traktus urinarius ( perkemihan )
Pada
bulan-bulan pertama kehamilan akan timbul keluhan sering buang air kecil, hal
ini dikarenakan uterus yang mulai membesar. Keadaan ini akan hilang dengan
makin tuanya usia kehamilan. Pada akhir kehamilan gejala ini akan timbul lagi
karena kandung kemih mulai tegang lagi bila kepala janin mulai turun kearah
pintu panggul. (Winkjosastro, 2005)
i.
Kulit
Kulit mengalami hiperpigmentasi yang biasa
terdapat pada dahi, hidung yang dikenal sebagai kloasma gravidarum. Pada areola
mammae, linea alba dikenal dengan linea gisea. Hal ini disebabkan karena
terjadinya peningkata melanophore stimulating hormon (MSH). (Winkjosastro,
2005)
j.
Berat badan bertambah
Peningkatan berat badan ibu selama
kehamilan menandakan adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Berat badan
wanita hamil akan naik kira-kira antara 6,5 kg – 16,5 kg atau rata-rata 12,5 kg
selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 1,5 kg per minggu. (Winkjosastro,
2005)
f. Diagnosa
Kehamilan
Lamanya kehamilan mulai dari konsepsi sampai
persalinan kira-kira 280 hari ( 40 minggu ) dan tidak boleh lebih dari 300 hari
( 43 minggu ) yaitu :
-
Kehamilan lebih
dari 43 minggu disebut kehamilan post matur.
-
Kehamilan erumur
37 – 42 minggu disebut kehamilan matur atau aterm.
-
Kehamilan
berumur 36 – 38 minggu disebut kehamilan pre matur.
-
Kahamilan yang
kurang dari 20 minggu disebut abortus.
2.
Konsep Abortus
A.
Definisi
Abortus
Abortus
adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah
abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan.
Abortus adalah keadaan terputusnya
suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup swendiri diluar uterus. Belum
sanggup diartikan apabila afetus itu terletaknya antara 400 – 1000 gram, atau
kehamilan kurang dari 28 minggu (Eastman).
Abortus pengeluaran dari hasil konsepsi
sebelum usia kehamilann 28 minggu., yaitu fetus belum viable by law (jeffcoat)
Abortus adalah terputusnya kehamilan
sebelum minggu ke 16, dimana proses plasentase belum selesai (holmer)
Abortus adalah berakhirnya kehamilan
sebelum janin dapat hidup didunia luar , tanpa mempersoalkan penyebab. Bayi
baru hidup didunia luar bila berat badannya telah mencapai > 500 gram atau
umur kehamilan > 20 minggu.
Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat
lahir janin viable (yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan
suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 g atau usia kehamilan 20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22
minggu)
Keguguran adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar
kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gr atau umul hamil kurang dari 28
minggu (Manuaba, 1998:214).
B.
klasifikasi abortus
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu:
Menurut terjadinya dibedakan atas:
1. Abortus spontan yairu abortus yang
terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau dengan tidak didahului
faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh
faktor-faktor alamiah.
2. Abortus provokatus (induksi abortus)
adalah abortus yang disengaja tanpa indikasi medis, baik dengan memakai
obat-obatan maupun dengan alat-alat.
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
a. Abortus medisinalis (abortus
therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi
medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
b. Abortus kriminalis yaitu abortus
yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh
tenaga tradisional.
Menurut gambaran klinis, dibedakan atas:
1.
Abortus membakat (imminens) yaitu abortus tingkat
permulaan, dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup
dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.Dalam hal ini, keluarnya fetus
masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodika
serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu
ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2
kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret).
2.
Abortus insipiens yaitu abortus yang sedang
berlangsung dan mengancam dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah
membuka, ketuban yang teraba akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum
uteri, kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Terapi seperti abortus
inkomplit.
3.
Abortus inkomplit (keguguran yang tersisa)
yaitu jika hanya sebagian hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal
adalah desidua atau plasenta.Abortus komplit artinya seluruh hasil konsepsi
telah keluar (desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong. Terapi hanya
dengan uterotonika.
4.
Abortus habitualis (keguguran berulang)
adalah keadaan terjadinya abortus tiga kali berturut-turut atau lebih. Menurut
HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10 5dari kehamilan dan abortus
habitualis3,6-9,8% dari abortus spontan.Kalau seorang penderita telah mengalami
2 abortus berturut-turut maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan
normal, hanya sekitar 16 %.
5.
Abortus infeksiosa adalah abortus yang
disertai infeksi genital.
6.
Abortus septik adalah abortus yang disertai
infeksi berat dengan penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah
atau peritonium.
7.
Missed abortion adalah abortus dimana fetus
atau embrio telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan
tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu
atau lebih. Fetus yang meninggal ini bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3
bulan sesudah fetus mati, bisa diresorbsi kembali sehingga hilang, bisa terjadi
mengering dan menipis yang disebut fetus papyraceus, atau bisa jadi mola
karnosa dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi dan air
ketubannya diresorbsi.
C. Manifetasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenore kurang
dari 20 minggu.
2.
Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3.
Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan
hasil konsepsi
4.
Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering
disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
5.
Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : perdarahan
pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari
vulva
b.
Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri
terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dario ostium.
c.
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup,
teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih
kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.
D. Etiologi
Abortus
dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
1. Kelaianan pertumbuhan hasil
konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.
Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi
autosom dan monosomi X
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi
kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi,
virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.
2. Kelainan pada plasenta, misalnya
endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3. Faktor maternal, seperti pneumonia,
tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
4. Factor eksternal,seperti radiasi dan
obat-obatan
5. Factor janin
6. Kelainan traktus genetalia seperti
inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua) retroversi uteri,
mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
E.
Patofisiologi
Abortus
biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis dan perubahan
nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan.
Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi benda asing di
dalam uterus sehingga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran
janin
F.
Prognosis
Pada
awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu,
villi kotaris belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah
lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu
daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.
G. Pemeriksaan Penunjang
a.
Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3
minggu setelah abortus
b.
Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup
c.
Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
H.
Penanganan
Medis
1. Abortus
iminens
·
istrahat baring agar
aliran darah ke uterus bertambah dan rangsangan mekanik berkuang.
·
Periksa denyut nadi dan
suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila
pasien panas.
·
Tes kehamilan dapat
dilakukan. Bila hasil negative, mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk
menentukan apakah janin masih hidup.
·
Berikan obat penenang,
biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. berikan preparat hematinik misalnya sulfas
ferosus 600 – 1.000 mg.
·
Diet tinggi protein dan
tambahan vitamin C.
·
Bersihkan vulva minimal
dua kali sehari dengan cairan antiseptic untuk mencegah infeksi terutama saat
masih mengeluarkan cairan coklat.
2. Abortus
insipiens
·
bila perdarahan tidak
banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam
dengan diberikan morfin.
·
Pada kehamilan kurang
dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan
uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai
kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuscular.
·
Pada kehamilan lebih
dari 12 minggu, berikan infokus oksitosin 0,5 mg intramuscular 5 % 500 ml
dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai abortus
komplit.
·
Bila janin sudah
keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.
3. Abortus
inkomplit
·
bila disertai syok
karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan
selekas mungkin ditransfusi darah.
·
Setelah syok diatasi,
lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg
intramuscular.
·
Bila janin sudah
keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.
·
Berikan antibiotic
untuk mencegah infeksi.
4. Abortus
komplit
·
bila kondisi pasien
baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 sampai 5 hari.
·
Bila pasein anemia,
berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfuse darah.
·
Berikan antibiotic
untuk mencegah infeksi.
·
Anjurkan pasien diet
tinggi protein, vitamin dan mineral.
5. Missed
abortion
·
bila kadar fibrinogen
normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret
taam.
·
Bila kadar fibrinogen
rendah, berikan fibrinogen kering arau segar sesaat sebelum atau ketika
mengeluarkan konsepsi.
·
Pada kehamlan kurang
dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam
lalu dilakuka dilatasi serviks dengan dilatator hegar. Kemudian hasil kosepsi
diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
·
Pada kehamilan kurang
dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3x5 mg lalu infuse oksitosin 10 IU
dalam deksrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes/menit dan naikkan dosis sampai
ada kontaksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila
tidak berhasil, ulang infuse oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
·
Bila tinggi fundus
uteri sampai 2 jari dibawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik
larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
6. Abortus
septic
Abortus septic harus dirujuk ke rumah sakit.
·
Penanggulangan infeksi
a. Obat
pilihan pertama: penisilin prokain 800.000 IU intramuscular iap 12 jam ditambah
kloamfenikol 1 g peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam.
b. Obat
pilihan kedua: ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah
metrodinazol 500 mg taip 6 jam.
c. Obat
pilihan lainnya: ampisilin dan kloroamfenikol, penisilin dan gentamisin.
·
Tingkatkan asupan
cairan
·
Bila perdarahan banyak,
lakukan transfuse darah.
·
Dalam 24 jam sampai 28
jam setelah perlindungan antibiotic atau lebih cepat lagi bla terjadi
perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
I.
Penatalaksanaan aborsi
Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap :
1. Abortus Iminens
Penatalaksanaan
a. Istirahat baring agar
aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.
b. Periksa denyut nadi dan
suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila
pasien panas
c. Tes kehamilan dapat
dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk
menentukan apakah janin masih hidup.
d. Berikan obat penenang,
biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat hematinik misalnya sulfas
ferosus 600 – 1.000 mg
e. Diet tinggi protein dan
tambahan vitamin C
f. Bersihkan vulva minimal
dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat
masih mengeluarkan cairan coklat.
2.
Abortus Insipiens
Penatalaksanaan
:
a. Bila perdarahan tidak
banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam
dengan diberikan morfin
b. Pada kehamilan kurang
dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan
uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai
kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
c. Pada kehamilan lebih
dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose 5% 500 ml dimulai
8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus
komplit.
3.
Abortus Inkomplit
Penatalaksanaan :
a. Bila disertai syok
karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan
selekas mungkin ditransfusi darah
b. Setelah syok diatasi,
lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg
intramuskular
c. Bila janin sudah keluar,
tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
d. Berikan antibiotik untuk
mencegah infeks
4.
Abortus Komplit
Penatalaksanaan
:
a. Bila kondisi pasien
baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari
b. Bila pasien anemia,
berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah
c. Berikan antibiotik untuk
mencegah infeksi
d. Anjurkan pasien diet
tinggi protein, vitamin dan mineral.
5.
Abortus Abortion
Penatalaksaan :
Penatalaksaan :
a. Bila kadar fibrinogen
normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret
tajam
b. Bila kadar finrinogen
rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika
mengeluarkan konsepsi
c. Pada kehamilan kurang
dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam
lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar kemudian hasil konsepsi
diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
d. Pada kehamilan lebih
dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus oksitosin 10 IU
dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis
sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8
jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu
hari.
e. Bila fundus uteri sampai
2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20%
dalam kavum uteri melalui dinding perut.
6. Abortus Septik
a. Penanggulangan infeksi :
o
Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU
intramuskular tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500
mg peroral tiap 6 jam
o Obat pilihan kedua :
ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah metronidazol 5000
mg tiap 6 jam
o Obat pilihan lainnya :
ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan metronidazol, ampisilin dan
gentamisin, penisilin dan gentamisin.
b.
Tingkatkan asupan cairan
c.
Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah
d.
Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan
antibiotik atau lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus
dikeluarkan dari uterus.
Pada pasien yang menolak
dirujuk beri pengobatan sama dengan yang diberikan pada pasien yang hendak
dirujuk, selama 10 hari :
Di rumah sakit :
a. Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus
infeksi
b. Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20
juta IU dan streptomisin 2 g
c. Infus cairan NaCl
fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan
d. Pantau ketat keadaan
umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan
e. Oksigenasi bila
diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit
f. Pasang kateter Folley
untuk memantau produksi urin
g. Pemeriksaan laboratorium
: darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta reaksi silang, analisi gas
darah, kultur darah, dan tes resistensi.
h. Apabila kondisi pasien
sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan sumber infeksi
i.
Abortus septik dapat mengalami komplikasi
menjadi syok septik yang tanda-tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi,
bradikardi, ikterus, kesadaran menurun, tekanan darah menurun dan sesak nafas
3.
LANDASAN ASKEP
A.
Pengkajian Fisik
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk
mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan
kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal hal yang perlu di kaji
adalah :
a.
Biodata:
mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ;
mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ;
o
Nama :
o
Umur :
o
Agama :
o
suku bangsa :
o
Pendidikan :
o
Pekerjaan :
o
Status :
o
Alamat :
b.
Keluhan utama:
o
kaji adanya menstruasi
tidak lancer dan adanya pendarahan pervagina
berulang
c.
Riwayat kesehatan:
o Riwayat
kesehatan sekarang yaitu
keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit
atau pada saat pengkajian seperti
perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari
usia kehamilan.
o Riwayat
kesehatan masa lalu
keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih
besar dari usia kehamilan.
o Riwayat
penyakit yang pernah dialami:
Kaji
adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung ,
hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan
penyakit-penyakit lainnya.
o Riwayat
kesehatan keluarga:
Yang
dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
o Riwayat kesehatan reproduksi:
Kaji
tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau,
warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta
keluahan yang menyertainya
o Riwayat
kehamilan , persalinan dan nifas:
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari
dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
o Riwayat
pemakaian obat:
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
o Pola
aktivitas sehari-hari:
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum
dan saat sakit.
B.
Pemeriksaan
fisik, (Johnson & Taylor, 2005 : 39) meliputi :
a.
pemeriksaan
umum
·
Keadaan umum tampak lemah
·
kesadaran menurun,
·
Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan
hasil konsepsi
·
tanda-tanda vital :
§ tekanan darah normal atau menurun,
§ denyut nadi normal atau cepat dan
kecil,
§ suhu badan normal atau meningkat.
b.
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi:
·
mengobservasi kulit
terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola
pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan
postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
b. Palpasi
:
·
Sentuhan : merasakan
suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau
menentukan kekuatan kontraksi uterus.
·
Tekanan : menentukan karakter nadi,
mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk
mengamati turgor.
·
Pemeriksaan dalam :
menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
·
Pemeriksaan abdomen
·
Abdomen lunak,uterus dapat teraba dan nyeri tekan yang hebat
pada abdomen,menunjukan iritasi peritoneum karena infeksi atau pendarahan intra
abdomen.
c.
Auskultasi:
Mendengarkan
di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen
untuk bising usus atau denyut jantung janin.
d.
Pemeriksaan
laboratorium:
·
Darah dan urine serta
pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
·
Keluarga berencana :
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
C.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang sering muncul adalah :
1. Kecemasan berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang abortus
Tujuan : kecemasan ibu berkurang
Tujuan : kecemasan ibu berkurang
Intervensi :
o Lakukan komunikasi terapetik dengan
pasien
o Berikan informasi tentang abortus
o Yakinkan pasien tentang diagnose
2. Devisit
Volume Cairan s.d Perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara
intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
o Kaji
kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai
akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
o Ukur
pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah
kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
3.
Gangguan Aktivitas s.d
kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan :
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya
komplikasi
Intervensi :
·
Kaji tingkat kemampuan
klien untuk beraktivitas
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan
berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien
lebih buruk
·
Kaji pengaruh aktivitas
terhadap kondisi uterus/kandungan
Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan
vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
·
Bantu klien untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
4.
Gangguan rasa nyaman :
Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
·
Kaji kondisi nyeri yang
dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
·
Terangkan nyeri yang
diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan
guidance mengatasi nyeri
·
Kolaborasi pemberian
analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat
dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
5.
Resiko tinggi Infeksi
b.d perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
·
Kaji kondisi
keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi
pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap
disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
·
Terangkan pada klien
pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
·
Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area
genital yang relatif cepat dapat menyebabkan ineksi.
D.
Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan
tindakan asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah disusun dengan
mengarahkan ke pencapaian tujuan dan semua tindakan dapat dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan
pengukuran dari keberhasilan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan
klien.tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan proses
keperawatan.
Berdasarkan perencanaan di atas maka
hasil evaluasi yang diharapkan meliputi :
1. kecemasan ibu berkurang
2.
Tidak terjadi devisit
volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
3.
Klien dapat melakukan
aktivitas tanpa adanya komplikasi
4.
Klien dapat beradaptasi
dengan nyeri yang dialami
5.
Tidak terjadi infeksi
selama perawatan perdarahan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berjuta-juta
wanita setiap tahunnya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Beberapa
kehamilan berakhir dengan kelahiran tetapi beberapa diantaranya diakhiri dengan
abortus. Dan kejadian abortus sangat banyak ditemukan yang merupakan salah satu
dari perdarahan dalam masa kehamilan.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu)
pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
Abortus ada 2 macam, baik itu spontan maupun buatan. Dan masing-masing dari
abortus ini terbagi lagi. Sehingga ada banyak bentuk-bentuk abortus yang kita
temui.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi abortus dalam kehamilan baik itu dari
faktor ibu, bapak, janin dan faktor-faktor lain yang menjadi penyebab
terjadinya abortus atau kehamilan yang tidak dapat dipertahankan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
a. Kepada mahasiswa dapat lebih
meningkatkan pengetahuannya mengenai hal-hal yang patologi dalam kehamilan
khususnya abortus dalam kehamilan.
b. Kepada instansi kesehatan maupun pemerintah
dapat meningkatkan program kesehatan masyarakat, seperti penyuluhan dan upaya
deteksi dini terhadap kehamilan-kehamilan yang beresiko.
Kepada
masyarakat luas dapat membantu dan mematuhi program kesehatan yang telah
dicanangkan pemerintah maupun instansi kesehatan sehingga mau bekerjasama dalam
upaya peningkatan tingakat kesehatan masyarakat, terutama menyangkut kehamilan
yang beresiko ini.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Monsjoer,arif.2001.kapita
selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1.jakarta:media aesculapius.
2. Prawirohardjo,sarwono.2008.ilmu
kebidanan edisi keempat.jakarta:PT.bina pustaka
3. Prawirohardjo,sarwono.2007.ilmu
kebidanan edisi ketiga.jakarta:PT.bina pustaka
4. Wiknjosastro,hanifa.2005.ilmu
kandungan edisi 2.jakarta.yayasan bina pustaka.
5. Mitayani.2009.Asuhan
Keperawatan Maternitas.Jakarta:Salemba Medika
6. Wiknjosastro,hanifa
dkk.2006.pelayan kesehatan maternal dan neonatal.jakarta:yayasan bina pustaka
sarwono prawirohardjo.
7. Hidayat,
Asri M.keb, dkk.2009.Asuhan Patologi Kebidanan.Jogyakarta:Nuha Medika
Masyaalloh ? Luar biasa....
BalasHapusterima kasih saudara
trima kasih
BalasHapusINFO PEMESANAN.!!!
BalasHapusSemua produk di atas bisa anda pesan disini..
sebelum membeli harus teliti dulu
Produk yang kami jual Bergaransi..!!!
Jual Obat Telat Bulan Obat Aborsi
Cytotec Asli
TESTIMONI.!!!
HUBUNGI..
WA: 081381771900