Makalah:
KE-ISLAMAN DALAM
TARI ANAK USIA DINI
OLEH :
NAMA : HARTO KAMBATON
STAMBUK : 209 11 057
KELAS : B
PRODI : ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
2012
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah, dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KE-ISLAMAN
DALAM TARI ANAK USIA DINI”.
Makalah ini disusun guna memberikan informasi
tambahan mengenai perspektif Islam
tentang tari, dan juga untuk memenuhi
tugas mata kuliah Agama Islam.
Penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang sumbernya berupa artikel dan tulisan telah
penulis jadikan referensi guna penyusunan makalah ini, semoga dapat terus
berkarya guna menghasilkan tulisan-tulisan yang mengacu terwujudnya generasi
masa depan yang lebih baik. Penulis berharap, semoga informasi yang ada dalam
makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan dan kesalahan. Penulis menerima
kritik dan saran yang membantu guna penyempurnaan makalah ini.
Kendari, 10 April 2012
Harto Kambaton
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR
................................................................................... ii
DAFTAR ISI
................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
.................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah
............................................................................ 2
C. Tujuan
dan Manfaat
......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Seni
Menurut Perspektif Islam............................................. 3
B. Prinsip-Prinsip
Kesenian Anak Usia Dini Menurut Islam............. 6
C. Ke-Islaman
Pendidikan Seni Anak Usia Dini.................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
...................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seni
adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni
merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang
menjadi bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan
yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu
keabadian. Seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena
ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang
selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.
Seni untuk
anak-anak berbeda dengan seni untuk orang dewasa karena karakter fisik maupun
mentalnya berbeda. Hal ini penting diperhatikan khususnya dalam melakukan
penilaian karya anak didik, supaya hasil kreasi anak tidak diukur menurut
selera dan kriteria keindahan orang dewasa. Fungsi seni dalam pendidikan
berbeda dengan fungsi seni dalam kerja profesional. Seni untuk pendidikan
difungsikan sebagai media untuk memenuhi fungsi perkembangan anak, baik fisik
maupun mental. Sedang seni dalam kerja profesional difungsikan untuk
meningkatkan kemampuan bidang keahliannya secara professional.
Dalam
pelaksanaan pembelajaran seni di sekolah, pengalaman belajar mencipta seni
disebut sebagai pembelajaran berkarya. Sedang pengalaman persepsi, melihat, dan
menghayati serta memahami seni disebut pembelajaran apresiasi. Pembelajaran
berkarya seni mengandung dua aspek kompetensi, yaitu: keterampilan dan
kreativitas.
Di Taman Kanak-kanak kompetensi keterampilan lebih difokuskan pada pengalaman eksplorasi untuk melatih kemampuan sensorik dan motorik, bukan menjadikan anak mahir atau ahli. Sedangkan kreativitas di sini meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terlihat dari produk atau hasil karya dan proses dalam bersibuk diri secara kreatif (Semiawan, Munandar, 1990: 10). Pembelajaran apresiasi disampaikan tidak hanya sebatas pengetahuan saja, namun melibatkan pengalaman mengamati, mengalami, menghayati, menikmati dan menghargai secara langsung aktivitas berolah seni.
Di Taman Kanak-kanak kompetensi keterampilan lebih difokuskan pada pengalaman eksplorasi untuk melatih kemampuan sensorik dan motorik, bukan menjadikan anak mahir atau ahli. Sedangkan kreativitas di sini meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terlihat dari produk atau hasil karya dan proses dalam bersibuk diri secara kreatif (Semiawan, Munandar, 1990: 10). Pembelajaran apresiasi disampaikan tidak hanya sebatas pengetahuan saja, namun melibatkan pengalaman mengamati, mengalami, menghayati, menikmati dan menghargai secara langsung aktivitas berolah seni.
B.
Rumusan Masalah
Ø Bagaimana Konsep
Seni Menurut Perspektif Islam?
Ø Bagaimana Prinsip-Prinsip
(Ciri-Ciri) Kesenian Anak Usia Dini Menurut
Islam Dan Ke-Islaman Pendidikan Seni Anak Usia Dini?
C.
Tujuandan Manfaat
1.
Tujuan
Ø Untuk mengetahui konsep seni
menurut perspektif islam.
Ø Untuk mengetahui
prinsip-prinsip (ciri-ciri) kesenian anak usia dini menurut islam dan ke-islaman pendidikan seni anak
usia dini.
2.
Manfaat
Ø Sebagai
sumber bacaan dan tambahan bagi semua pihak yang ingin mengetahui Ke-Islaman
dalam tari anak usia dini.
Ø Sebagai
bahan perbandingan dengan makalah lain yang mengangkat masalah yang sama
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP SENI
MENURUT PERSPEKTIF ISLAM
Seni islam
merupakan sebagian daripada kebudayaan islam dan perbedaan antara seni islam
dengan bukan islam ialah dari segi niat atau tujuan dan nilai akhlak yang
terkandung dalam hasil seni islam. Pencapaian yang dibuat oleh seni islam itu
juga merupakan sumbangan daripada tamadun islam di mana tujuan seni islam ini
adalah kerana allah swt. Walaupun seni merupakan salah satu unsur yang
disumbangkan tetapi Allah melarang penciptaan seni yang melampaui batas. Firman
Allah swt yang bermaksud : "Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang
yang melampaui batas."
Keindahan merupakan salah satu ciri keesaan, kebesaran dan kesempurnaan Allah swt lantas segala yang diciptakanNya juga merupakan pancaran keindahanNya. Manusia dijadikan sebagai makhluk yang paling indah dan paling sempurna. Bumi yang merupakan tempat manusia itu ditempatkan juga dihiasi dengan segala keindahan. Allah swt bukan sekadar menjadikan manusia sebagai makhluk yang terindah tetapi juga mempunyai naluri yang cintakan keindahan. Di sinilah letaknya keistimewaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain seperti malaikat, jin dan hewan. Konsep kesenian dan kebudayaan dalam Islam berbeda dengan peradaban Islam yang lain.
Keindahan merupakan salah satu ciri keesaan, kebesaran dan kesempurnaan Allah swt lantas segala yang diciptakanNya juga merupakan pancaran keindahanNya. Manusia dijadikan sebagai makhluk yang paling indah dan paling sempurna. Bumi yang merupakan tempat manusia itu ditempatkan juga dihiasi dengan segala keindahan. Allah swt bukan sekadar menjadikan manusia sebagai makhluk yang terindah tetapi juga mempunyai naluri yang cintakan keindahan. Di sinilah letaknya keistimewaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain seperti malaikat, jin dan hewan. Konsep kesenian dan kebudayaan dalam Islam berbeda dengan peradaban Islam yang lain.
Dalam
pembangunan seni, kerangka dasarnya mestilah menyeluruh dan meliputi
aspek-aspek akhlak, iman, masalah keagamaan dan falsafah kehidupan manusia.
Seni mestilah merupakan satu proses pendidikan yang bersifat positif mengikut
kaca mata Islam, menggerakkan semangat, memimpin batin dan membangunkan akhlak.
Artinya seni mestilah bersifat "Al-Amar bil Ma'ruf dan An-Nahy 'an
Munkar" (menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran) serta
membangunkan akhlak masyarakat, bukan membawa kemungkaran dan juga bukan
sebagai perusak akhlak ummat. Semua aktivitas kesenian manusia mesti
ditundukkan kepada tujuan terakhir (keridhaan Allah dan ketaqwaan). Semua nilai
mestilah ditundukkan dalam hubunganNya serta kesanggupan berserah diri. Seni
juga seharusnya menjadi alat untuk meningkatkan ketaqwaan.
Diantara
masalah yang paling rumit dalam kehidupan Islami adalah yang berkaitan dengan
hiburan dan seni. Karena kebanyakan manusia sudah terjebak pada kelalaian dan
melampaui batas dalam hiburan dan seni yang memang erat hubungannya dengan
perasaan, hati serta akal dan pikiran.
Sebagian
orang menggambarkan umat islam sebagai masyarakat ahli ibadah dan kerja keras,
maka tak ada tempat bagi orang-orang yang lalai dan bermain-main, tertawa
bergembira ria, bernyanyi atau bermain musik. Tidak boleh bibir tersenyum,
mulut tertawa, hati senang, dan tak boleh kecantikan terlukis pada wajah-wajah
manusia.
Mungkin
sebagian orang yang ekstrim setuju terhadap sikap mereka yang bermuka masam,
dahi berkerut, dengan penampilan seram dan orang yang keras, putus harapan,
gagal atau gagap. Namun sebenarnya, kepribadiaan yang buruk ini bukanlah dari
ajaran agama. Maksudnya mereka sendirilah yang mewajibkan tabiat buruk tersebut
atas nama agama. Sementara agama sendiri tidak memerintahkannya, tetapi
persepsi merekalah yang salah.
Sedangkan
Islam adalah agama yang realistis. Ia tidak berada didunia khayal dan idealisme
semu, namun mendampingi umat manusia didunia yang nyata dan dapat dirasakan. Ia
tidak memperlakukan manusia seakan-akan malaikat yang mamiliki sayap, akan
tetapi memperlakukannya sebagai manusia yang makan dan minum. Karena itu Islam
tidak menuntut dan tidak mengasumsikan umat manusia agar seluruh kata-katanya
adalah dzikir, seluruh diamnya adalah pikir, seluruh pendengarannya adalah
lantunan Al-Qur’an, dan semua waktu luangnya berada di masjid. Akan tetapi
mengakui eksistensi mereka secara seutuhnya, fitrah dan instingnya, yang telah
Allah ciptakan dengannya. Allah SWT telah menciptakan mereka dengan tabiat
bersuka cita, bersenag-senang, tertawa, bermain-main, sebagaimana mereka diciptakan
senang makan dan minum.
Kebalikan
dari tabiat diatas adalah orang-orang yang bebasa mengumbar hawa nafsunya.
Hidupnya diisi dengan hiburan dan kesenangan, mencampuradukkan antara yang di
syari’atkan dan yang dilarang, antara yang halal dan yang haram. Mereka serba
permisif dan mengeks-ploitasi kebebasannya, menyebarkan kesesatan terselubung
maupun terang-terangan,semuanya mengatas namakan seni refreshing, mereka lupa
bahwa hukum agama tidak melihat label namanya tetapi pada esensinya.
Maka, untuk menghindari kekeliruan dalam memutuskan masalah tersebut dibutuhkan ketelitian dan pemahaman nash-nash yang benar dan tepat, jelas argumentasinya, dan juga menguasai maksud-maksud syari’at serta kaidah-kaidah fiqh yang telah ditetapkan.
Maka, untuk menghindari kekeliruan dalam memutuskan masalah tersebut dibutuhkan ketelitian dan pemahaman nash-nash yang benar dan tepat, jelas argumentasinya, dan juga menguasai maksud-maksud syari’at serta kaidah-kaidah fiqh yang telah ditetapkan.
Rosulullah
merupakan teladan yang indah bagi kehidupan manusia seutuhnya. Dalam
kesendiriannya, beliau shalat berlama-lama dalam kekhusyukan, dalam tangis,
serta dalam berdirinya sehingga bengkaklah kedua kaki beliau tidak peduli
kepada siapapun. Akan tetapi ketika ditengah-tengah kehidupan masyarakat,
baeliau adalah manusia biasaa yang mencintai kelezatan hidup, bermuka manis,
dan tersenyum, bermain-main dan bersenda gurau, namun tetap tidak mengatakan
sesuatu kecuali kebenaran. . Salah satu gurauan Rosulullah adalah seperti yang
diriwayatkan, anatara lain:
Seorang
wanita tua datang kepada Nabi, sembari berkata : “wahai Rosulullah, mohonkanlah
kepada Allah agar Allah memasukkan say ke dalam surga”. Dan Rosulullah menjawab
:”wahai ummu fulan, surga itu tidak dimasuki oleh orang tua”. Mendengar itu ,
tentu saja siwanita tua gemetar dan menangis, karena mengira bahwa dirinya
tidak akan masuk surge. Ketika Rosulullah SAW. Melihat reaksi wanitra tua itu ,
beliau lalu menjelaskan maksud ucapannya, “sungguh orang tua tidak masuk surge
dalam keadaan tua. Namun Allah menciptakannya dalam benruk yang lain, lalu
memasukkannya kesurga dalankeadaan muda belia. (kemudian beliau membacakan ayat
al-Qur’an surat: Al-Waqi’ah ayat 35-37) yang artinya: sesungguhnya Kami
menciptakan mereka dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis
perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya”.
B.
PRINSIP-PRINSIP
(CIRI-CIRI) KESENIAN ANAK USIA DINI MENURUT ISLAM
1. Menanamkan
kepada anak usia dini betapa pentingnya persoalan akhlak dan kebenaran yang
sehingga menyentuh aspek-aspek estetika, kemanusiaan, moral dan lain-lain lagi.
2. Kesenian
islam menghubungkan keindahan sebagai nilai yang tergantung kepada keseluruhan
kesahihan islam itu sendiri. menurut islam, kesenian yang mempunyai nilai
tertinggi ialah yang mendorong ke arah ketaqwaan, kema'rufan, kesahihan dan
budi yang mantap kepada anak usia dini.
3. Memberikan
pemahaman kepada anak usia dini bahwa kesenian islam terpancar daripada wahyu
Allah, sama seperti undang-undang Allah dan syariatnya. maknanya ia harus
berada di bawah lingkungan dan peraturan wahyu. ini yang membedakan kesenian
islam dengan kesenian bukan islam, dan
4. Kesenian
islam menghubungkan manusia dengan tuhan, alam sekitar dan sesama manusia Dan
juga makhluk.
C.
KE-ISLAMAN PENDIDIKAN
SENI ANAK USIA DINI
Seni untuk
anak-anak berbeda dengan seni untuk orang dewasa karena karakter fisik maupun
mentalnya berbeda. Hal ini penting diperhatikan khususnya dalam melakukan
penilaian karya anak didik, supaya hasil kreasi anak tidak diukur menurut
selera dan kriteria keindahan orang dewasa. Fungsi seni dalam pendidikan
berbeda dengan fungsi seni dalam kerja profesional. Seni untuk pendidikan
difungsikan sebagai media untuk memenuhi fungsi perkembangan anak, baik fisik
maupun mental. Sedang seni dalam kerja profesional difungsikan untuk
meningkatkan kemampuan bidang keahliannya secara professional.
Dalam
pelaksanaan pembelajaran seni di TK, pengalaman belajar mencipta seni disebut
sebagai pembelajaran berkarya. Sedang pengalaman persepsi, melihat, dan
menghayati serta memahami seni disebut pembelajaran apresiasi. Pembelajaran
berkarya seni mengandung dua aspek kompetensi, yaitu: keterampilan dan
kreativitas.
Di Taman
Kanak-kanak kompetensi keterampilan lebih difokuskan pada pengalaman eksplorasi
untuk melatih kemampuan sensorik dan motorik, bukan menjadikan anak mahir atau
ahli. Sedangkan kreativitas di sini meliputi ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang terlihat dari produk atau hasil karya dan proses dalam
bersibuk diri secara kreatif (Semiawan, Munandar, 1990: 10). Pembelajaran
apresiasi disampaikan tidak hanya sebatas pengetahuan saja, namun melibatkan
pengalaman mengamati, mengalami, menghayati, menikmati dan menghargai secara
langsung aktivitas berolah seni.
Dalam
pembelajaran seni musik dan seni tari anak usia dini secara umum pendekatan pembelajarannya
ada 3 diantaranya:
1. Model Pembelajaran Apresiasi.
2. Model Pembelajaran Kreatif.
3. Model Pembelajaran Klasik.
1. Model Pembelajaran Apresiasi.
2. Model Pembelajaran Kreatif.
3. Model Pembelajaran Klasik.
Pengertian Ke-Islaman
pendidikan seni anak usia dini adalah usaha sadar manusia menanamkan
nilai-nilai Islam dengan menggunakan medium seni (musik, tari, dan rupa) untuk
mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran pendidikan seni
untuk anak usia dini ( Harto Kambaton, 2012:04).
Tujuan
Pendidikan Seni Musik dan Tari Anak Usia Dini :
Melatih fisik motorik anak.
Melatih fisik motorik anak.
n Melatih
perkembangan kognitif, afektif.
n Melatih
perkembangan sosial emosi, komunikasi dan bahasa.
n Melatih
minat, bakat, dan kreativitas anak.
n Menanamkan
nilai-nilai pendidikan atau nilai-nilai kemanusian (kepekaan estetis).
n Melestarikan
Budaya Indonesia.
Kemampuan dasar fisik AUD dapat dikenali dari
kemampuannya melakukan gerakan keseimbangan, lokomotor, kecepatan, perubahan,
ekspresi, teknik, mengendalikan tubuh, gerak yang energik dan koordinasi
anggota tubuh. Kemampuan dasar estetik AUD terlihat dari kemampuannya
mengungkapkan keindahan tari baik dalam kegiatan penciptaan tari maupun dalam
kegiatan menari. Kemampuan dasar kreatif AUD dapat dikenali dari kemampuannya
membuat gerak-gerak yang unik, berbeda dengan teman-temannya, bahkan
kemampuannya membuat gerak baru, serta kecepatannya menyesuaikan diri dengan
teman-temannya, apabila melakukan kesalahan pada waktu menari.
Ciri-ciri khusus pendidikan seni untuk AUD adalah
musik dan tari yang sesuai dengan kemampuan dasar anak usia AUD dari aspek
intelektual, emosional, sosial, perseptual, fisikal, estetik dan kreatif.
Bermain merupakan pendekatan yang paling cocok untuk pembelajaran musik dan
tari di AUD. Ciri-ciri bentuk musik dan tari AUD adalah: musik dan tarinya
bertema, musik dan gerak tariannya bersifat tiruan (gerak imitatif), musik dan
gerak tarinya lebih variatif, bentuk penyajian musik dan tarinya kurang lebih 5
menit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pemaparan diatas, bahwa ke-Islaman dalam tari anak usia dini berpengearuh
pada aspek georafis karena itu Sifat islam dalam bentuk-bentuk kesenian di
indonesia. Konsep seni menurut perspektif islam
yakni Seni islam merupakan sebagian daripada kebudayaan islam dan perbedaan
antara seni islam dengan bukan islam ialah dari segi niat atau tujuan dan nilai
akhlak yang terkandung dalam hasil seni islam. Dalam pembelajaran seni musik
dan seni tari anak usia dini secara umum pendekatan pembelajarannya ada 3
diantaranya:
1. Model Pembelajaran Apresiasi.
2. Model Pembelajaran Kreatif.
3. Model Pembelajaran Klasik.
1. Model Pembelajaran Apresiasi.
2. Model Pembelajaran Kreatif.
3. Model Pembelajaran Klasik.
Kemampuan
dasar fisik AUD dapat dikenali dari kemampuannya melakukan gerakan
keseimbangan, lokomotor, kecepatan, perubahan, ekspresi, teknik, mengendalikan
tubuh, gerak yang energik dan koordinasi anggota tubuh.
B.
Saran
Dengan
pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakan Islam dalam kehidupan
keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan Islam ( tari ) dengan landasan konsep yang
berasal dari Islam pula.
DAFTAR
PUSTAKA
http://hamkamodern.blogspot.com/2009/11/makalah-konsep-seni-dalam-perspektif.html
Endang Caturwati, et. al. (2008). Tari Anak-Anak dan Permasalahannya. Bandung
: Sunan Ambu STSI Press.
http://pendidikansenianak.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar