Makalah
PEMBAGIAN
AQIDAH/TAUHID
OLEH:
HARTO KAMBATON
PENDIDIKAN GURU
ANAK USIA DINI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH KENDARI
2012
KATA
PENGANTAR
Puji dan Syukur Kami Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Makalah ini membahas tentang
‘’Pembagian Aqidah/Tauhid’’
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
Kendari,
28 Maret 2012
Harto Kambaton
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….….........i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...........ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...........iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………........1
1.2 Rumusan Masalah……………....……………………………….....……..1
1.3 Tujuan dan Manfaat………………………………..……………........…..2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Aqidah/Tauhid…………………………………………..........3
2.2
Pembagian Tauhid………………………………………………..........…4
2.3 Hakekat dan Inti Tauhid………………………………………….............8
2.4 Keutamaan Tauhid……………………………………………..............…8
2.3 Hakekat dan Inti Tauhid………………………………………….............8
2.4 Keutamaan Tauhid……………………………………………..............…8
2.5
Balasan Ahli Tauhid…………………………………………...................9
2.6 Keagungan Kalimat Tauhid……………………………………..............10
2.6 Keagungan Kalimat Tauhid……………………………………..............10
2.7
Kesempurnaan Tauhid………………………………………..................10
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan……………………………………………………..........….12
3.2 Saran……………………………………………………….....................13
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tauhid adalah pegangan pokok dan
sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi
setiap amal yang dilakukan. Hanya amal yang dilandasi dengan tauhidullah,
menurut tuntunan Islam, yang akan menghantarkan manusia kepada kehidupan yang
baik dan kebahagiaan yang hakiki di alam akhirat nanti.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran
surat An Nahl ayat 97 yang Artinya :Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.
Tauhid bukan sekedar mengenal dan
mengerti bahwa pencipta alam semesta ini adalah Allah, bukan sekedar mengetahui
bukti bukti rasional tentang kebenaran wujud (keberadaan) Nya, dan wahdaniyah
(keesaan) Nya, dan bukan pula sekedar mengenal Asma’ dan SifatNya.
Iblis mempercayai bahwa Tuhannya
adalah Allah, bahkan mengakui keesaan dan kemahakuasaan Allah dengan meminta
kepada Allah melalui Asma’ dan SifatNya. Kaum jahiliyah kuno yang dihadapi
Rasulullah, juga meyakini bahwa Tuhan Pencipta, Pengatur, Pemelihara dan
Penguasa alam semesta ini adalah Allah. Namun, kepercayaan dan keyakinan mereka
itu belumlah menjadikan mereka sebagai makhluk yang berpredikat muslim, yang
beriman kepada Allah.
2.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis akan
membahas masalah Tauhid dalam Islam yaitu sebagai berikut :
1. Apa pengertian Aqidah/Tauhid?
2. Bagaimana pembagian Tauhid, Hakekat dan Inti Tauhid serta Keutamaan Tauhid?
3. Bagaimana Keagungan Kalimat Tauhid, Balasan Ahli Tauhid dan Kesempurnaan Tauhid?
2. Bagaimana pembagian Tauhid, Hakekat dan Inti Tauhid serta Keutamaan Tauhid?
3. Bagaimana Keagungan Kalimat Tauhid, Balasan Ahli Tauhid dan Kesempurnaan Tauhid?
2.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dari
penyusunan makalah ini,sebagai berikut :
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Aqidah/Tauhid
Untuk mengetahui pembagian Aqidah/Tauhid
Untuk menambah pengetahuan tentang Aqidah/Tauhid
Kita dapat mengetahui pengertian dan pembagian Aqidah/Tauhid
Kita dapat mengetahui keutamaan,balasan,keagungan,dan
kesempurnaan Tauhid.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aqidah/Tauhid
Dalam
bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu
(التَّوْثِيْقُ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu
(اْلإِحْكَامُ) yang artinya mengokohkan
(menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ
بِقُوَّةٍ)
yang berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah (terminologi): 'akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak
ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.[1]
Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan
bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid[2] dan taat kepada-Nya, beriman kepada
Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan
mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama
(Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma' (konsensus) dari Salafush Shalih,
serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara
amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih
serta ijma' Salaf as-Shalih.[3]
Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah
Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah),
Asma` dan Sifat-Nya.
Urgensi Tauhid: Seorang hamba
meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan
rajanya. Sesungguhnya hanya Dia yang Maha Pencipta, Maha Pengatur alam semesta.
Hanya Dia lah yang berhak disembah, tiada sekutu bagiNya. Dan setiap yang
disembah selain-Nya adalah batil. Sesungguhnya Dia SWT bersifat dengan segala
sifat kesempurnaan, Maha Suci dari segala aib dan kekurangan. Dia SWT mempunyai
nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi.
2.2 Pembagian Tauhid
Tauhid
yang didakwahkan oleh para rasul dan diturunkan kitab-kitab karenanya ada dua :
1. Tauhid dalam pengenalan dan penetapan, dan
dinamakan dengan Tauhid Rububiyah dan Tauhid Asma dan Sifat. Yaitu menetapkan
hakekat zat Rabb SWT dan mentauhidkan (mengesakan) Allah SWT dengan asma (nama),
sifat, dan perbuatan-Nya.
Pengertiannya : seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa
Allah SWT sematalah Rabb yang Menciptakan, Memiliki, Membolak-balikan, Mengatur
alam ini, yang sempurna pada zat, Asma dan Sifat-sifat, serta perbuatan-Nya,
Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, Yang Meliputi segala sesuatu, di
Tangan-Nya kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia SWT mempunyai
asma’ (nama-nama) yang indah dan sifat yang tinggi. Dalam QS. QS. Asy-Sura ayat
11 :
Artinya :
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu
dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak
pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu.Tidak
ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan
Melihat.(QS. Asy-Sura : 11)
2. Tauhid dalam tujuan dan permohonan, dinamakan tauhid
uluhiyah dan ibadah, yaitu mengesakan Allah SWT dengan semua jenis ibadah,
seperti: doa, shalat, takut, mengharap, dll.
Pengertiannya : Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa
Allah SWT saja yang memiliki hak uluhiyah terhadap semua makhlukNya. Hanya Dia
SWT yang berhak untuk disembah, bukan yang lain. Karena itu tidak diperbolehkan
untuk memberikan salah satu dari jenis ibadah seperti: berdoa, shalat, meminta tolong,
tawakkal, takut, mengharap, menyembelih, bernazar dan semisalnya
melainkan hanya untuk Allah SWT semata. Siapa yang memalingkan sebagian dari
ibadah ini kepada selain Allah SWT maka dia adalah seorang musyrik lagi kafir.
Firman Allah SWT :
Artinya :
Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah,
padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya
perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada
beruntung.
(QS. Al-Mukminun : 117)
Tauhid Uluhiyah atau Tauhid Ibadah; kebanyakan manusia
mengingkari tauhid ini. Oleh sebab itulah Allah SWT mengutus para rasul kepada
umat manusia, dan menurunkan kitab-kitab kepada mereka, agar mereka beribadah
kepada Allah SWT saja dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya
1.
Firman Allah SWT:
Artinya :
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu
melainkan Kami wahyukan kepadanya : “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)
melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS. Al-Anbiya` :25)
2. Firman Allah SWT :
Artinya :
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di
antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di
antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu
dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul).
Tiga macam
pembagian tauhid menurut Ulama:
Tauhid Rububiyah
Yaitu
mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya, seperti mencipta, menguasai, memberikan
rizki, mengurusi makhluk, dll yang semuanya hanya Allah semata yang mampu. Dan
semua orang meyakini adanya Rabb yang menciptakan, menguasai, dll. Kecuali
orang atheis yang berkeyakinan tidak adanya Rabb. Diantara penyimpangan yang
lain yaitu kaum Zoroaster yang meyakini adanya Pencipta Kebaikan dan Pencipta
Kejelekan, hal ini juga bertentanga dengan aqidah yang lurus.
Tauhid Uluhiyah
Allah dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan
hamba. Yaitu mengikhlaskan ibadah kepada Allah, yang mencakup berbagai macam
ibadah seperti : tawakal, nadzar, takut, khosyah, pengharapan, dll. Tauhid
inilah yang membedakan umat Islam dengan kaum musyrikin. Jadi seseorang belum
cukup untuk mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya (Tauhid Rububiyah) tanpa
menyertainya dengan mengikhlaskan semua ibadah hanya kepada-Nya (Tauhid
Uluhiyah). Karena orang musyrikin dulu juga meyakini bahwa Allah yang mencipta
dan mengatur, tetapi hal tersebut belum cukup memasukkan mereka ke dalam Islam.
Tauhid Asma Wa Sifat
Mengimani dan
menetapkan apa yang sudah ditetapkan Allah di dalam Al Quran dan oleh Nabi-Nya
di dalam hadits mengenai nama dan sifat Allah tanpa merubah makna, mengingkari,
mendeskripsikan bentuk/cara, dan memisalkan. Untuk pembahasan yang lebih
lengkap bisa merujuk ke beberapa kitab diantaranya Aqidah Washithiyah, Qowaidul
Mutsla, dll.
Apabila ketiga tauhid di atas ada
yang tidak lengkap, maka seorang hamba bisa berkurang imannya atau bahkan telah
keluar dari Islam.
Tauhid
Uluhiyah dan Rububiyah memiliki ketergantungan satu sama lain:
1. Tauhid
Rububiyah mengharuskan kepada Tauhid Uluhiyah. Siapa yang mengakui bahwa Allah
SWT Maha Esa, Dia lah Rabb, Pencipta, Yang Memiliki, dan yang memberi rizki
niscaya mengharuskan dia mengakui bahwa tidak ada yang berhak disembah selain
Allah SWT. Maka dia tidak boleh berdoa melainkan hanya kepada Allah SWT, tidak
meminta tolong kecuali kepadaNya, tidak bertawakkal kecuali kepadaNya. Dia
tidak memalingkan sesuatu dari jenis ibadah kecuali hanya kepada Allah SWT
semata, bukan kepada yang lainnya. Tauhid uluhiyah mengharuskan bagi tauhid
rububiyah agar setiap orang hanya menyembah Allah SWT saja, tidak menyekutukan
sesuatu dengannya. Dia harus meyakini bahwa Allah SWT adalah Rabb-Nya, Penciptanya,
dan pemiliknya.
2. Tauhid
Rububiyah dan Uluhiyah terkadang disebutkan secara bersama-sama, akan tetapi
keduanya mempunyai pengertian berbeda. Makna Rabb adalah yang memiliki dan yang
mengatur dan sedangkan makna ilah adalah yang disembah dengan sebenarnya, yang
berhak untuk disembah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Seperti firman Allah SWT
:
Artinya :
1. Katakanlah:
“Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
2. Raja manusia.
3. Sembahan
manusia.
Dan terkadang keduanya disebutkan secara terpisah, maka
keduanya mempunyai pengertian yang sama, seperti firman Allah SWT :
Artinya :
Katakanlah: “Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah,
padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa
melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu
kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.”
(QS. An-An’aam:164)
2.3 Hakekat dan Inti
Tauhid
Hakekat dan inti tauhid adalah agar manusia memandang bahwa
semua perkara berasal dari Allah SWT, dan pandangan ini membuatnya tidak
menoleh kepada selainNya SWT tanpa sebab atau perantara. Seseorang
melihat yang baik dan buruk, yang berguna dan yang berbahaya dan semisalnya,
semuanya berasal dariNya SWT. Seseorang menyembahNya dengan ibadah yang
mengesakanNya dengan ibadah itu dan tidak menyembah kepada yang lain.
2.4 Keutamaan Tauhid
1. Firman Allah SWT :
Artinya :
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-An’aam: 82)
2. Dari ‘Ubadah bin
ash-Shamit r.a, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Siapa yang bersaksi bahwa tidak
ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah SWT. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan
sesungguhnya Muhammad SAW adalah hamba dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Isa adalah
hamba dan Rasul-Nya, serta kalimah-Nya yang diberikan-Nya kepada Maryam dan Ruh
dari-Nya. Dan (siapa yang bersaksi dan meyakini bahwa) surga adalah benar,
neraka adalah benar, niscaya Allah SWT memasukkannya ke dalam surga berdasarkan
amal yang telah ada”. Muttafaqun ‘alaih.
3. Dari Anas bin
Malik r.a, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah SWT
berfirman, ‘Wahai keturunan Adam, selama kamu berdoa dan mengharap kepada-Ku,
niscaya Kuampuni semua dosa kalian dan Aku tidak perduli (sebanyak apapun
dosanya). Wahai keturunan Adam, jika dosamu telah sama ke atas langit, kemudian
engkau meminta ampun kepada-Ku, niscaya Kuampuni dan Aku tidak perduli
(sebanyak apapun dosamu). Wahai keturunan Adam, jika engkau datang kepadanya
dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau datang menemui-Ku dalam keadaan
tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Ku, niscaya Aku datang kepadamu dengan
ampunan sepenuhnya (bumi).” HR. at-Tirmidzi.
2.5 Balasan Ahli Tauhid
Artinya :
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman
dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam
surga-surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang pernah diberikan kepada kami
dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada
isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah : 25)
Dari Jabir r.a, ia berkata, “Seorang laki-laki datang kepada
Nabi SAW seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah dua perkara yang bisa
dipastikan?’ Beliau menjawab, ‘Siapa yang meninggal dunia dan keadaan tidak
menyekutukan sesuatupun dengan Allah SWT niscaya dia masuk dan siapa yang
meninggal dunia dalam keadaan menyekutukan sesuatu dengan Allah SWT, niscaya
dia masuk neraka.” HR. Muslim.
2.6 Keagungan Kalimat
Tauhid
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash r.a, sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Nabi Nuh ‘alaihissalam tatkala menjelang
kematiannya, beliau berkata kepada anaknya, “Sesungguhnya aku menyampaikan
wasiat kepadamu: Aku perintahkan kepadamu dua perkara dan melarangmu dari dua
perkara. Saya perintahkan kepadamu dengan kalimat laa ilaaha illallah (Tiada
Ilah (yang berhak disembah) selain Allah). Sesungguhnya seandainya tujuh lapis
langit dan tujuh lapis bumi diletakkan dalam satu daun timbangan dan
kalimah laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah)
diletakkan pada daun timbangan yang lain, niscaya kalimat laa ilaaha illallah
lebih berat. Dan jikalau tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi merupakan
sebuah lingkaran yang samar, niscaya dipecahkan oleh kalimah laa ilaaha
illallah dan subhanallahi wabihamdih (maha suci Allah dan dengan memujian-Nya),
sesungguhnya ia merupakan inti dari semua ibadah. Dengannya makhluk diberi
rizqi. Dan aku melarangmu dari perbuatan syirik dan takabur…” HR. Ahmad dan
al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad.
2.7 Kesempurnaan Tauhid
Tauhid tidak sempurna kecuali dengan beribadah hanya kepada
Allah SWT semata, tiada sekutu bagi-Nya dan menjauhi thaghut, seperti firman
Allah SWT :
Artinya :
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di
antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di
antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.
Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. An-Nahl
:36)
Thaghut adalah setiap perkara yang hamba melewati batas
dengannya berupa sesembahan seperti berhala, atau yang diikuti seperti peramal
dan para ulama jahat, atau yang ditaati seperti para pemimpin atau pemuka
masyarakat yang ingkar kepada Allah SWT.
Thaghut itu sangat banyak dan intinya ada lima:
1. Iblis (semoga Allah SWT
melindungi kita darinya),
2. Siapa yang disembah sedangkan
dia ridha,
3. Siapa yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya,
4. Siapa yang mengaku mengetahui yang gaib,
5. Siapa yang berhukum kepada selain hukum Allah SWT.
3. Siapa yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya,
4. Siapa yang mengaku mengetahui yang gaib,
5. Siapa yang berhukum kepada selain hukum Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam bahasa Arab
akidah berasal dari kata al-'aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu
(التَّوْثِيْقُ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu
(اْلإِحْكَامُ) yang artinya mengokohkan
(menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ
بِقُوَّةٍ)
yang berarti mengikat dengan kuat.
Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah
Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah),
Asma` dan Sifat-Nya.
Tiga macam
pembagian tauhid menurut Ulama:
Tauhid Rububiyah
Yaitu
mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya, seperti mencipta, menguasai, memberikan
rizki, mengurusi makhluk, dll yang semuanya hanya Allah semata yang mampu. Dan
semua orang meyakini adanya Rabb yang menciptakan, menguasai, dll.
Tauhid Uluhiya
Allah
dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan hamba. Yaitu mengikhlaskan ibadah
kepada Allah, yang mencakup berbagai macam ibadah seperti : tawakal, nadzar,
takut, khosyah, pengharapan, dll. Tauhid inilah yang membedakan umat Islam
dengan kaum musyrikin. theis yang berkeyakinan tidak adanya Rabb.
Tauhid Asma Wa Sifat
Mengimani dan
menetapkan apa yang sudah ditetapkan Allah di dalam Al Quran dan oleh Nabi-Nya
di dalam hadits mengenai nama dan sifat Allah tanpa merubah makna, mengingkari,
mendeskripsikan bentuk/cara, dan memisalkan.
3.2. Saran
Setelah pembahasan makalah ini,
diharapkan kepada kita semua,dapat memahami Tauhid, sehingga dapat mengenal
Allah SWT serta dapat mengamalkannya dengan ibadah dan pelaksanaan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan mengenal Allah SWT sebagai
Tuhan Yang Maha Esa dan yang patut disembah, kita akan terhindar dari perbuatan
syirik.
Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang
yang dilindungi Allah SWT dari perbuatan syirik yang mengantar kita ke neraka
jahannam. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad bin Abdullah At Tuwaijry, Tauhid, keutamaan
dan macam-macamnya, (www.islamhouse.com, 2007)
Muhammad bin Abdul Wahab, Kitab Tauhid, (http://www.scribd.com/doc/10055486/Kitab-Tauhid,
Yayasan Al-Sofwa, 2007)
Maktabah Abu Syeikha Bin Imam Al Magety, Rahasia di
balik kalimat Tauhid dalam ayat-ayat Al Quran,
(http://www.4shared.com/file/41066124/ed75e1eb/RAHASIA_KALIMAT_TAUHID.html?s=1,
2008)
Syaikh
Muhammad At-Tamimi, Dasar-dasar Memahami Tauhid, (www.perpustakaan-islam.com,
Islamic Digital Library, 2001)
2.1 Pengertian Aqidah
Dalam
bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti
ikatan, at-tautsiiqu (التَّوْثِيْقُ) yang berarti kepercayaan atau
keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (اْلإِحْكَامُ) yang artinya mengokohkan
(menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti
mengikat dengan kuat.
Sedangkan
menurut istilah (terminologi): 'akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak
ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.[1]
Jadi,
Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan
bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid[2] dan taat kepada-Nya, beriman kepada
Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan
mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama
(Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma' (konsensus) dari Salafush Shalih,
serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara
amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih
serta ijma' Salaf as-Shalih.[3]
izin copas akhi
BalasHapus